Senin, 28 Mei 2012

Bounding Attachment

Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachmentBounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.  Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang,mungkin mulai di awal kehamilan dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkanBonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut  permintaan atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap  diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya.  Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat  proses terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya. Oleh karena itu penting juga memperhatikan kondisi psikologis ibu saat proses persalinan.  Adapun beberapa definisi para ahli:
·         Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
·         Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
·         Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
·         Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
·         Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
·         Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
·         Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
·         Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
·         Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
·         Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding Attachment
1.      Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
3.      Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4.      Kedekatan orang tua dan anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5.      Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
           Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.    
6.      Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.

Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
.1   Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.\
2    Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

.3    Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan.Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.  Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.

4        Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting.orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.

5        Aroma / Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.

6        Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan.Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki.Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.  Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

            7        Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung.Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

            8        Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu.Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan segera.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
  1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
  2. Reflek menghisap dilakukan dini.
  3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
  4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1.      Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2.      Sentuhan orang tua pertama kali.
3.      Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.      Kesehatan emosional orang tua.
5.      Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6.      Persiapan PNC sebelumnya.
7.      Adaptasi.
8.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9.Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.  Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11.  Penekanan pada hal-hal positif.
12.  Perawat maternitas khusus (bidan).
13.  Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14.  Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

Manfaat  Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
1.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3.      Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.

Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah:
1.      Kurangnya support sistem.
2.      Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3.      Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4.      Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment
1.      Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
2.      Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3.      Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
4.      Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
5.      Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
6.      Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya.  Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

Kamis, 24 Mei 2012

GUMOH




Istilah gumoh memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dan kita juga tidak perlu panik jika bayi kita gumoh, karena ini adalah hal yang lumrah terjadi pada semua bayi.
Gumoh atau keluarnya isi lambung melalui mulut (seperti muntah) terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna. Walaupun mirip dengan muntah, namun gumoh ini berbeda, gumoh tidak disertai kontraksi pada pada dinding lambung, dan biasanya gumoh mengeluarkan cairan yang jumlahnya sedikit, tidak sebanyak muntah. Gumoh ini biasa terjadi pada bayi yang berusia 0 sampai 6 bulan.
Ada tiga hal utama yang menyebabkan gumoh:
  1. Belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan, sehingga susu yang diminum mudah keluar kembali
  2. Terlalu banyak minum susu, padahal kapasitas lambung masih sedikit, sehingga tidak mampu menampung susu yang masuk
  3. Aktivitas yang berlebihan, menangis atau menggeliat pada saat disusui, sehingga susu keluar kembali.
Gumoh merupakan hal yang normal dan lumrah terjadi pada semua bayi. Yang harus kita perhatikan adalah hal ini tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi dan bayi tidak menolak minum, selain itu gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari. Jika gumoh pada bayi anda seperti ciri-ciri diatas, maka anda tidak perlu panik.
Namun jika gumoh ini disertai dengan komplikasi, maka perlu penanganan lebih lanjut dari dokter untuk menghentikannya. Gumoh yang berbahaya ini disebabkan karena asam lambung meningkat yang dipicu oleh iritasi di kerongkongan, peradangan di kerongkongan, sehingga bayi menolak makan dan minum akhirnya berpengaruh pada berat badan bayi yang tak kunjung bertambah. Selain itu anak jadi gelisah, rewel, nangis, dan selalu menolak minum.
Jadi selama anak kita mengalami gumoh yang normal, kita tidak perlu panik, hal ini normal terjadi pada anak usia 0 sampai 6 bulan, dan akan berhenti dengan sendirinya, seiring fungsi organ tubuhnya semakin membaik dan sempurna.

Di awal-awal kehidupannya, bayi sering memuntahkan sebagian ASI yang ditelannya. Normalnya, fenomena gumoh ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni di usia 12–16 minggu.

Kenali penyebabnya. Penyebab terjadinya gumoh pada bayi memang bisa bermacam-macam. Di antaranya adalah:
- Volume lambung bayi masih kecil, sementara susu yang ditelan bayi melebihi kapasitas lambung. Ini penyebab paling umum. Masalahnya makin menjadi karena bayi senang menggeliat. Padahal, gerakan ini membuat tekanan dalam perut tinggi, sehingga jadi gumoh. Sebenarnya, gumoh masih normal sepanjang jumlah cairan yang keluar dan masuk seimbang. 
- Klep penutup lambung bayi belum sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. Nah, di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum sepenuhnya berfungsi sempurna. Akibatnya, kalau ia langsung ditidurkan setelah disusui, dan juga menggeliat, susu akan keluar dari mulut. Untuk mengurangi gumoh, berikan susu sedikit demi sedikit. 
- Menangis berlebihan. Tangis seperti ini membuat udara yang tertelan juga berlebihan, sebagian isi perut bayi akan keluar. Memang, bisa jadi bayi Anda menangis karena tidak bisa menelan susu dengan sempurna. Kalau sudah begini, jangan teruskan pemberian ASI. Bisa-bisa, susu malah masuk ke dalam saluran napas dan menyumbatnya.
Cegah dan atasi..
  • Posisi menyusu musti pas. Pastikan seluruh bibirnya menutup puting susu serta daerah berwarna hitam di sekitarnya (aerola). Dengan begitu, kemungkinan udara yang masuk dan tertelan selama menyusu bisa diperkecil.
  •  Kalau gumoh berlebihan, tengkurapkan bayi. Udara yang terperangkap di lambung akan lebih mudah keluar. Juga, masuknya cairan ke paru-paru bisa dicegah.
  • Jangan langsung banyak minum. Lebih baik, bayi minum sedikit-sedikit, disendawakan, lalu minum lagi. Dengan cara ini, udara tidak sempat “mampir” ke lambung.
  • Bila bayi gumoh terus secara berlebihan, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk dicarikan penyebabnya. Bisa jadi, bayi menderita alergi.
Cara Mengatasi:
  • Sendawakan bayi setiap habis menyusu. Hindari juga posisi telentang setelah bayi disusui karena cairan yang masuk ke tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Nah, bila ada susu dalam lambung, akan ada refleks yang bisa menyebabkan bayi muntah.
  • Yang perlu dikhawatirkan bila bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias paru-paru. Tentu saja ini berbahaya. Terlebih bila si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Jika ini yang terjadi, tak ada pilihan lain kecuali membawanya ke dokter
Dalam buku Serba-Serbi Anak diterangkan macam-macam penyebab gumoh, diantaranya;

1. Katup penutup lambung belum sempurna
Setelah masuk lewat mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, kemudian ke lambung. Di antara organ tersebut terdapat katup penutup lambung yang ada di antara lambung dan kerongkongan. Karena itulah, jika ia baru saja diberikan susu, lalu dibaringkan, ketika katupnya belum sempurna, susu bisa keluar lagi dari mulutnya.

2. Menangis kencang
Bayi yang menangis sesenggukkan akan membuat udara tertelan berlebihan. Ketika mendapat tekanan berlebihan dari luar, sebagian isi perut bayi bisa keluar. Ada pula kemungkinan si bayi menangis karena tak bisa menelan susu dengan sempurna.

3. Lambung yang masih terlalu kecil
Bayi memiliki lambung yang kecil. Ketika susu yang ia telan melebihi kapasitas lambung. Ketika bayi menggeliat, tekanan dalam perut menjadi tinggi, alhasil terjadilah gumoh. Gumoh masih terbilang normal ketika cairan yang masuk dan keluar masih seimbang.

Jika si kecil bisa gumoh lebih dari 5 kali sehari, sebaiknya segera bawa bayi Anda ke dokter, karena jika terlalu sering, si kecil bisa kekurangan cairan. Agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan akibat gumoh, ada baiknya Anda melakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini:

-Buat bayi bersendawa dengan digendong dalam posisi berdiri sambil diletakkan di bahu, lalu tepuk perlahan punggung atasnya setiap usai minum susu.

-Berikan susu sedikit demi sedikit, lalu dibuat sendawa, untuk mencegah udara masuk ke dalam lambung.

-Ketika gumoh terjadi saat bayi dalam posisi tidur, jangan diberdirikan, lebih baik dibuat dalam posisi menyamping atau dibuat tengkurap untuk mengurangi kemungkinan cairan lambung masuk ke paru-paru.

Kamis, 17 Mei 2012

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL



Kehamilan menunjukkan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan oleh ibu dan keluarganya. Semua ibu menginginkan kehamilan maupun persalinannya berjalan aman,lancar dan normal. Tetapi kehamilan dapat juga menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Hubungan yang serasi dan saling percaya harus dimiliki baik penolong maupun pasien.

Definisi :

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, (280 hari ( 40 minggu ) atau 9 bulan 7 hari ).

Dibagi dalam 3 Triwulan/Trimester :
• Trimester I.    Kehamilan sampai dengan 14 minggu.
• Trimester II.  Kehamilan 14 minggu – 28 minggu.
• Trimester III. Kehamilan 28 minggu – 36 minggu dan sesudah 36 minggu.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu dan perubahan sosial dalam keluarga.


Pendekatan secara resiko tidak memberi hasil karena :

• Sebagian besar wanita yang mengalami komplikasi tergolong sebagai beresiko rendah.
• 71 % dari wanita yang mengalami persalinan penyulit sebelumnya tidak diprediksikan
• 88 % dari wanita yang mengalami pendarahan pasca persalinan tidak memiliki riwayat yang prediktif.
Pendekatan secara resiko tidak bisa memberi hasil, sebab sejumlah besar wanita ( 90 % yang tergolong memiliki resiko tinggi ternyata tidak mengalami komplikasi apapun ).


Asuhan Antenatal yang mungkin tidak bermanfaat bahkan merugikan:

  • Menimbang BB secara rutin
  • Penilaian tentang letak janinsebelum minggu ke 36
  • Opname dan istirahat untuk kehamilan kembar
  • Membatasi kegiatan seksual selama hamil ( memekai kondom )
  • Aspirin untuk mencegah Eclampsia
  • Suplemen Calsium untuk kaki kram
  • Pembatasan gigi untuk mencegah pra eclampsi atau eclampsia
  • Pemberian Diuretika untuk tekanan darah tinggi karena kehamilan
  • Mengurangi makan garam untuk mencegah tekanan darah tinggi karena kehamilan

Tujuan Asuhan Antenatal :

  • Memantau kemajuan kehamilan : memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
  • Mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
  • Deteksi dini : adanya ketidaknormalan
  • Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat baik ibu maupun bayinya
  • Agar masa nifas normal : Asi eksklusif
  • Mempersiapkan ibu dan keluarga setelah bayi lahir

Pemeriksaan Antenatal :

Paling sedikit 4 kali kunjungan
  1. Satu kali pada triwulan/trimester I
  2. Satu kali pada triwulan/trimester II
  3. Dua kali pada triwulan/trimester III

Table Garis Besar setiap kali kunjungan :
KUNJUNGAN
WAKTU
INFORMASI PENTING
Trimester I
Sebelum minggu ke 14
• Menjalin hubungan dan saling percaya
• Deteksi masalah dan menangani
•Pencegahan Tetanus : TT, Anemia
• Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
• Motivasi hidup sehat ( gizi, latihan, istirahat, hygiene )
Trimester II
Sebelum minggu ke 28
Sda + waspada pre eclampsi
Trimester III
Antara 28-36 minggu
Setelah 36 minggu
Sda + palpasi abdominal
Sda + deteksi letak janin dan tanda-tanda abnormal lain


Standar Minimal Asuhan termasuk 7T :

  1. Timbang BB
  2. Ukur Tekanan Darah
  3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
  4. Imunisasi TT
  5. Pemberian Tablet besi ( minumlah 90 tablet selama hamil )
  6. Tes Terhadap PMS
  7. Temu Wicara dalam rangka persiapan rujukan

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi :

Langkah tersebut sebagai berikut :
I.       Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai keadaan pasien secara keseluruhan.  ( Tahap pengumpulan data )
 I. Anamnesa
  1. Biodata, data demografi
  2. Riwayat kesehatan termasuk factor herediter : kecelakaan
  3. Riwayat menstruasi
  4.  Riwayat abstretri dan ginekologi, nifas dan laktasi
  5. Biopsikospiritual
  6. Pengetahuan Pasien
II.    Pemeriksaan fisik ( sesuai kebutuhan ) dan tanda-tanda vital
III. Pemeriksaan khusus :
a.       Inspeksi
b.      Palpasi
c.       Auskultasi
d.      Perkusi
IV. Pemeriksaan penunjang :
a.       Laboratorium
b.      Diagnostik lain : USG, dsb
c.       Catatan terbaru atau sebelumnya

II.   Interpretasi Data Dasar :

•    Identifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan data yang terkumpul dan interpretasi yang benar.

Diagnosa jebidanan yaitu :
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi ( Bidan ) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi Standar Nomen Klatur ( tata nama ) diagnosa kebidanan.

Standar Nomen Klatur Diagnosa Kebidanan :
-          Diakui dan telah disahkan oleh profesi
-          Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
-          Memiliki cirri khas kebidanan
-          Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktek kebidanan
-          Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Contoh :

•  Ny. Lestari hamil 16 minggu ( G2 P1 Ao) wasir berdarah. Dia sedih karena suami tidak menginginkan kehamilannya D/G2 P1 Ao hamil 16 minggu.

Masalah :

• Wasir berdarah
• Sedih karena suami tidak menginginkan kehamilannya

Kedua hal tersebut tidak temasuk dalam Nomenklatur standar Diagnosa

III. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi     Penanganannya.

Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah. Diagnosa potensial berdasrkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi.

Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.

Contoh :

Seorang wanita dating ke KIA, wajah pucat, keringat dingin, tampak kesakitan, mulas-mulas hilang timbul, cukup bulan pemuaian perut sesuai hamil

Bidan harus berfikir kearah :
  • Wanita hamil tersebut in partu
  • kehamilan cukup bulan
  • Anemia

IV.     Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera atau Masalah Potensial

Baik itu melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tanaga kesehtan lain berdasarkan kondisi pasien.

Contoh :

Pada pemeriksaan Antenatal ditemukan kadar HB : 9,5  gr %, hamil 16 minggu, nafsu makan kurang, efluor albus banyak, hijau muda, gatal dan berbau.
Dengan data diatas kita bisa menentukan perlu tidaknya konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau pelayanan diagnotis ( laboratorium )
Bidan harus mampu menentukan tindakan yang paling tepat dan penting untuk wanita tersebut.

V.    Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan yang Menyeluruh :

Langkah ini ditemukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Pada langkah ini jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Juga bisa mencerminkan resional yang benar/valid.
Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data dasar yang tidak lengkap bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak ncukup dan berbahaya.

VI.   Melaksanakan Perencanaan

Adalah lengkap pelaksanaan renncana asuhan menyeluruh seperti pada langkah kke 5. Langkah ini bisa dilakukan oleh seluru bidan  atau sebagian oleh wanita terebut. Jika belum ditugaskan oleh orang lain tetap bidan memikul tanggung jawab tentang arah pelaksanaan.

VII. Evaluasi

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Didalam pendokumentasian/catatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP :

S       : Subyektif
           Data dari pasien didapat dari anamnese atau allo anamnese

O       : Obyektif
Hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan Diagnostik dan    pendukung lain, juga catatan medik lain.

A       : Analisis dan Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan

          1. Diagnosa
          2. Antisipasi Diagnosa/masalah potensial
          3. Perlunya tindakan segera

P        : Planning/Perencanaan
          Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan ( Implementasi )
          Evaluasi didalamnya termasuk :
  • Asuhan mandiri
  • Kolaborasi
  • Tes Diagnostik/Lab
  • Konseling
  • Follow up

Dengan mengamati proses asuhan Kebidanan Antenatal tersebut, bidan yang bertugas di Unit Antenatal mempunyai peran penting dalam mengaplikasikan teori-teori tersebut diatas dalam upaya merealisasikan harapan ibu dan keluargauntuk mendapatkan pelayanan yang professional, kehamilan dan persalinan yang aman, lancer dan normal.